Cara Pembuatan Tempe Panduan Lengkap
Bahan Baku Pembuatan Tempe

Pembuatan tempe yang berkualitas diawali dengan pemilihan bahan baku yang tepat, khususnya kedelai. Kedelai yang digunakan harus memenuhi kriteria tertentu agar menghasilkan tempe dengan tekstur, aroma, dan rasa yang optimal. Proses pemilihan, pencucian, perendaman, dan pengupasan kulit kedelai merupakan tahapan krusial yang menentukan kualitas produk akhir.
Jenis Kedelai Ideal untuk Tempe
Tidak semua jenis kedelai cocok untuk pembuatan tempe. Kedelai yang ideal umumnya memiliki ukuran biji yang seragam, kulit tipis, dan kadar air yang sesuai. Kedelai lokal varietas seperti kedelai hitam, kedelai kuning, dan kedelai putih seringkali dipilih karena kemampuannya berfermentasi dengan baik dan menghasilkan tempe dengan cita rasa khas. Kedelai impor juga bisa digunakan, namun perlu diperhatikan kualitas dan kandungan gizinya.
Pemilihan dan Pencucian Kedelai
Proses pemilihan kedelai dimulai dengan memilah biji-biji yang rusak, berkutu, atau berwarna tidak normal. Kedelai yang dipilih harus bersih dari kotoran seperti tanah, kerikil, dan sisa-sisa tanaman lainnya. Setelah dipilah, kedelai dicuci bersih dengan air mengalir beberapa kali hingga benar-benar bebas dari kotoran.
Perendaman Kedelai
Perendaman kedelai bertujuan untuk melunakkan biji dan mengaktifkan enzim-enzim yang dibutuhkan dalam proses fermentasi. Kedelai direndam dalam air bersih dengan perbandingan kedelai dan air sekitar 1:3. Suhu air idealnya sekitar 25-30 derajat Celcius. Durasi perendaman umumnya berkisar antara 12-18 jam, tergantung pada varietas kedelai dan suhu lingkungan. Perlu diperhatikan bahwa air rendaman perlu diganti secara berkala untuk menjaga kebersihan dan mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan.
Perbandingan Karakteristik Kedelai Baik dan Buruk
Karakteristik | Kedelai Baik | Kedelai Buruk |
---|---|---|
Ukuran | Seragam, tidak terlalu besar atau kecil | Tidak seragam, banyak yang ukurannya jauh berbeda |
Warna | Kuning cerah (untuk kedelai kuning), warna khas sesuai varietas | Kusam, terdapat bercak-bercak kehitaman atau kecoklatan |
Tekstur | Keras, padat, dan tidak mudah hancur | Lembek, rusak, atau terdapat lubang-lubang |
Bau | Harum, khas kedelai | Bau tengik, apek, atau berbau busuk |
Kadar Air | Sedang, tidak terlalu kering atau terlalu basah | Terlalu kering atau terlalu basah |
Pengupasan Kulit Kedelai
Setelah direndam, kedelai dapat dikupas kulitnya. Pengupasan kulit kedelai dapat dilakukan secara manual dengan cara digosok-gosok atau menggunakan mesin pengupas kulit kedelai. Pengupasan kulit kedelai bertujuan untuk mempermudah proses fermentasi dan menghasilkan tekstur tempe yang lebih lembut. Namun, pengupasan kulit kedelai tidak selalu wajib dilakukan, tergantung pada preferensi dan metode pembuatan tempe yang digunakan. Kedelai yang tidak dikupas kulitnya dapat menghasilkan tempe dengan tekstur yang sedikit lebih kasar, namun tetap dapat difermentasi dengan baik.
Proses Perebusan dan Penghalusan Kedelai

Proses perebusan dan penghalusan kedelai merupakan tahapan krusial dalam pembuatan tempe. Tahapan ini menentukan tekstur kedelai yang akan mempengaruhi proses fermentasi dan kualitas tempe yang dihasilkan. Perebusan yang tepat akan menghasilkan kedelai yang lunak, mudah dihaluskan, dan siap menyerap nutrisi dari proses fermentasi. Sementara penghalusan yang tepat akan memastikan distribusi spora jamur Rhizopus oligosporus merata, sehingga fermentasi berlangsung optimal.
Teknik Perebusan Kedelai untuk Fermentasi Optimal
Teknik perebusan kedelai yang tepat bertujuan untuk melunakkan biji kedelai tanpa merusak integritasnya. Suhu dan waktu perebusan harus dikontrol dengan cermat. Perebusan yang terlalu lama dapat menyebabkan kedelai menjadi lembek dan hancur, sedangkan perebusan yang terlalu singkat akan menghasilkan kedelai yang masih keras dan sulit dihaluskan. Metode perebusan dapat dilakukan dengan menggunakan panci biasa atau menggunakan alat perebus bertekanan (pressure cooker) untuk mempercepat proses.
Pentingnya Suhu dan Waktu Perebusan
Suhu dan waktu perebusan saling berkaitan dan sangat mempengaruhi hasil akhir. Suhu perebusan ideal berkisar antara 90-100 derajat Celcius. Pada suhu ini, pati dalam kedelai akan mengalami gelatinisasi, sehingga kedelai menjadi lunak. Waktu perebusan umumnya berkisar antara 30-60 menit, tergantung pada metode perebusan dan jenis kedelai yang digunakan. Penggunaan pressure cooker dapat mempersingkat waktu perebusan menjadi sekitar 20-30 menit.
Langkah-Langkah Penirisan Kedelai Setelah Perebusan
Setelah direbus, kedelai perlu segera ditiriskan untuk mencegah terjadinya pembusukan. Proses penirisan yang tepat akan mencegah kelebihan air yang dapat menghambat proses fermentasi. Berikut langkah-langkahnya:
- Angkat kedelai dari panci menggunakan saringan.
- Letakkan kedelai di atas wadah yang berlubang atau saringan untuk membiarkan air menetes.
- Bilas kedelai dengan air dingin untuk mendinginkan dan menghilangkan sisa-sisa kotoran.
- Biarkan kedelai tertiris hingga air berkurang dan kedelai terasa agak dingin.
Proses Penghalusan Kedelai dengan Alat Tradisional dan Modern
Penghalusan kedelai bertujuan untuk mempermudah proses fermentasi dengan meningkatkan luas permukaan kedelai sehingga jamur tempe dapat tumbuh dengan baik. Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat tradisional maupun modern. Berikut uraiannya:
Penghalusan dengan Alat Tradisional (Lesung dan Alu):
- Masukkan kedelai yang telah direbus dan ditiriskan ke dalam lesung.
- Haluskan kedelai menggunakan alu secara bertahap hingga mencapai tekstur yang diinginkan. Tekstur yang ideal adalah agak kasar, tidak terlalu halus seperti bubur.
- (Ilustrasi: Gambar akan menunjukkan seorang yang sedang menumbuk kedelai dengan alu di dalam lesung. Kedelai terlihat agak kasar, tidak hancur menjadi bubur.)
Penghalusan dengan Alat Modern (Blender atau Mesin Penggiling Kedelai):
- Masukkan kedelai yang telah direbus dan ditiriskan ke dalam blender atau mesin penggiling kedelai.
- Giling kedelai hingga mencapai tekstur yang diinginkan. Atur kecepatan dan waktu penggilingan agar tidak terlalu halus.
- (Ilustrasi: Gambar akan menunjukkan kedelai yang sedang digiling menggunakan blender. Tekstur kedelai terlihat agak kasar, bukan berupa pasta halus.)
Perbandingan Tekstur Kedelai Setelah Dihaluskan dengan Metode Berbeda
Metode Penghalusan | Tekstur Kedelai | Keunggulan | Kelemahan |
---|---|---|---|
Lesung dan Alu | Agak kasar, beberapa biji kedelai masih utuh | Lebih alami, tekstur tempe lebih padat | Proses lebih lama dan membutuhkan tenaga fisik |
Blender/Mesin Penggiling | Lebih halus, sebagian besar biji kedelai hancur | Proses lebih cepat dan efisien | Tekstur tempe cenderung lebih lembut, dapat terlalu halus jika proses penggilingan berlebihan. |
Inokulasi dan Fermentasi Tempe

Proses inokulasi dan fermentasi merupakan tahapan krusial dalam pembuatan tempe. Sukses atau gagalnya pembuatan tempe sangat bergantung pada pemahaman dan penerapan teknik yang tepat pada tahap ini. Tahap ini melibatkan penambahan ragi tempe pada kedelai yang telah dikukus dan pengemasan yang tepat untuk mendukung pertumbuhan jamur Rhizopus oligosporus.
Jenis dan Peran Ragi Tempe
Ragi tempe mengandung spora jamur Rhizopus oligosporus, sejenis jamur yang berperan utama dalam fermentasi tempe. Jamur ini menghasilkan enzim yang memecah protein, lemak, dan karbohidrat dalam kedelai, menghasilkan tekstur dan cita rasa khas tempe. Terdapat berbagai jenis ragi tempe yang beredar, namun semuanya memiliki fungsi utama yang sama, yaitu menginisiasi proses fermentasi. Perbedaannya mungkin terletak pada strain jamur yang digunakan, yang dapat sedikit mempengaruhi aroma dan tekstur tempe yang dihasilkan. Pemilihan ragi tempe yang berkualitas sangat penting untuk menghasilkan tempe yang baik.
Pencampuran Ragi Tempe dengan Kedelai
Setelah kedelai yang telah dikukus hingga lunak dan agak dingin, tahap pencampuran ragi menjadi sangat penting. Proses ini harus dilakukan secara hati-hati dan merata agar semua biji kedelai terinokulasi dengan baik. Sebaiknya gunakan tangan yang bersih dan kering untuk mencampur agar tidak terkontaminasi mikroorganisme lain. Ragi tempe ditaburkan secara merata di atas kedelai yang telah dikukus, kemudian diaduk perlahan dan menyeluruh hingga semua kedelai terlapisi oleh ragi. Perbandingan ragi dan kedelai perlu diperhatikan sesuai anjuran pada kemasan ragi yang digunakan.
Pengemasan Kedelai yang Telah Terinokulasi
Setelah pencampuran selesai, kedelai yang telah terinokulasi kemudian dikemas. Pengemasan yang tepat sangat penting untuk menjaga kelembaban dan suhu optimal selama proses fermentasi. Kedelai dapat dikemas dalam wadah-wadah plastik, daun pisang, atau anyaman bambu, tergantung pada metode fermentasi yang digunakan. Pastikan kemasan tidak terlalu ketat agar jamur dapat bernapas dengan baik dan proses fermentasi berjalan optimal. Namun, juga jangan terlalu longgar sehingga kontaminasi dapat terjadi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fermentasi Tempe
Berhasil atau tidaknya fermentasi tempe dipengaruhi oleh beberapa faktor. Suhu dan kelembaban merupakan faktor yang paling krusial. Suhu ideal untuk fermentasi tempe berkisar antara 25-30 derajat Celcius. Kelembaban juga perlu dijaga agar proses fermentasi berjalan lancar. Kebersihan peralatan dan bahan baku juga sangat penting untuk mencegah kontaminasi oleh mikroorganisme lain. Kebersihan lingkungan sekitar juga berperan dalam mencegah kontaminasi. Jika terjadi kontaminasi, tempe dapat mengalami pembusukan dan tidak layak konsumsi.
Perbandingan Metode Fermentasi Tempe Tradisional dan Modern
Metode | Kelebihan | Kekurangan |
---|---|---|
Tradisional (daun pisang) | Ramah lingkungan, aroma dan rasa khas, proses alami | Proses fermentasi kurang terkontrol, rentan kontaminasi, produktivitas rendah |
Modern (wadah plastik terkontrol) | Proses fermentasi terkontrol, produktivitas tinggi, higienis, minim kontaminasi | Kurang ramah lingkungan (jika menggunakan plastik sekali pakai), aroma dan rasa mungkin sedikit berbeda |
Pengemasan dan Penyimpanan Tempe

Setelah proses pembuatan tempe selesai, langkah selanjutnya yang tak kalah penting adalah pengemasan dan penyimpanan. Tahapan ini bertujuan untuk menjaga kualitas, kesegaran, dan memperpanjang masa simpan tempe agar tetap aman dikonsumsi. Pengemasan yang tepat akan melindungi tempe dari kontaminasi mikroorganisme dan kerusakan fisik, sementara penyimpanan yang sesuai akan menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur yang dapat merusak kualitas tempe.
Pilihan Kemasan Tempe yang Aman dan Higienis
Pemilihan kemasan tempe sangat krusial untuk menjaga kualitasnya. Beberapa pilihan kemasan yang direkomendasikan adalah kemasan plastik food grade yang kedap udara, daun pisang (untuk tempe tradisional), atau kemasan vakum. Kemasan plastik food grade yang kedap udara efektif mencegah kontaminasi dan menjaga kelembapan tempe. Daun pisang, selain ramah lingkungan, juga memberikan aroma khas pada tempe. Sementara kemasan vakum mampu memperpanjang masa simpan tempe secara signifikan dengan menghilangkan udara di dalam kemasan.
Langkah-langkah Pengemasan Tempe yang Tepat
Proses pengemasan harus dilakukan secara higienis untuk mencegah kontaminasi. Berikut langkah-langkahnya: Pastikan tangan dan peralatan yang digunakan bersih dan steril. Tempe yang telah dingin setelah proses fermentasi dibungkus dengan rapi menggunakan kemasan yang telah dipilih. Untuk kemasan plastik, pastikan tempe terbungkus rapat dan udara di dalamnya seminimal mungkin. Jika menggunakan daun pisang, pilih daun yang segar dan bersih, lalu bungkus tempe dengan rapi dan ikat dengan kuat. Setelah dikemas, tempe segera disimpan dalam kondisi yang tepat.
Suhu dan Kondisi Penyimpanan Tempe yang Ideal
Suhu penyimpanan yang ideal untuk tempe berkisar antara 4-7 derajat Celcius. Kondisi penyimpanan harus bersih, kering, dan terhindar dari sinar matahari langsung. Suhu yang terlalu tinggi akan mempercepat pertumbuhan mikroorganisme dan merusak kualitas tempe, sementara suhu yang terlalu rendah dapat menyebabkan tekstur tempe menjadi keras dan kurang enak. Kelembapan yang tinggi juga perlu dihindari karena dapat menyebabkan pertumbuhan jamur.
Ilustrasi Tahapan Pengemasan Tempe yang Higienis dan Aman
Bayangkan prosesnya: Tempe yang telah dingin diletakkan di atas permukaan bersih. Tangan yang telah dicuci bersih mengambil tempe dan membungkusnya dengan rapi menggunakan plastik food grade. Udara di dalam kemasan diusahakan seminimal mungkin. Kemudian, kemasan tersebut diikat atau disegel dengan rapat. Proses ini diulang untuk setiap tempe hingga semua tempe terkemas dengan baik dan higienis. Jika menggunakan daun pisang, bayangkan daun yang bersih dan segar dibentangkan, tempe diletakkan di atasnya, lalu dibungkus dan diikat kuat dengan tali atau karet.
Metode Penyimpanan Tempe untuk Memperpanjang Masa Simpan
Selain suhu dan kondisi penyimpanan, metode penyimpanan juga berpengaruh pada masa simpan tempe. Penyimpanan dalam lemari pendingin (kulkas) merupakan metode yang paling efektif untuk memperpanjang masa simpan tempe. Metode lain yang dapat dicoba adalah pembekuan (freezing). Namun, perlu diingat bahwa pembekuan dapat mengubah tekstur tempe, sehingga metode ini lebih cocok untuk penggunaan jangka panjang atau pengolahan lebih lanjut.
Pengendalian Mutu Tempe

Pengendalian mutu merupakan langkah krusial dalam pembuatan tempe untuk memastikan produk yang dihasilkan aman, berkualitas, dan sesuai standar. Proses ini meliputi identifikasi ciri-ciri tempe berkualitas, deteksi kontaminasi, serta pemeriksaan kualitas sebelum dikonsumsi. Dengan menerapkan pengendalian mutu yang baik, kita dapat meminimalisir risiko kesehatan dan memastikan kepuasan konsumen.
Ciri-Ciri Tempe Berkualitas Baik dan Buruk
Membedakan tempe berkualitas baik dan buruk dapat dilakukan dengan mengamati beberapa ciri fisik dan organoleptiknya. Tempe berkualitas baik umumnya memiliki tekstur padat, kenyal, dan warna putih bersih hingga sedikit kecoklatan. Aroma khas tempe yang harum dan sedikit asam juga menjadi indikator kualitas. Sebaliknya, tempe yang buruk ditandai dengan tekstur lembek, berlendir, berbau asam menyengat, atau bahkan berjamur. Permukaan tempe yang terdapat bintik-bintik hitam atau warna yang tidak merata juga menandakan kualitas yang buruk.
Deteksi Kontaminasi pada Tempe
Kontaminasi pada tempe dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk bakteri, jamur, atau bahan asing. Deteksi kontaminasi dapat dilakukan melalui pengamatan visual, yaitu dengan memeriksa adanya perubahan warna, tekstur, dan bau yang tidak normal. Adanya jamur yang tumbuh pada permukaan atau bagian dalam tempe merupakan indikasi kontaminasi yang serius. Bau asam yang menyengat juga dapat mengindikasikan adanya pertumbuhan bakteri yang berlebihan. Pengujian laboratorium lebih lanjut dapat dilakukan untuk mengidentifikasi jenis kontaminan dan tingkat keparahannya.
Langkah Pemeriksaan Kualitas Tempe Sebelum Dikonsumsi
- Amati warna tempe. Tempe berkualitas baik memiliki warna putih bersih hingga sedikit kecoklatan, merata, dan tidak terdapat bintik-bintik hitam atau warna yang tidak biasa.
- Periksa tekstur tempe. Tekstur tempe yang baik adalah padat, kenyal, dan tidak lembek atau berlendir.
- Cium aroma tempe. Tempe berkualitas baik memiliki aroma khas tempe yang harum dan sedikit asam. Bau asam yang menyengat atau bau busuk mengindikasikan kontaminasi.
- Periksa permukaan tempe. Pastikan permukaan tempe bersih dan tidak terdapat jamur atau benda asing.
- Jika ragu dengan kualitas tempe, sebaiknya jangan dikonsumsi.
Flowchart Pengendalian Mutu Tempe
Berikut adalah gambaran umum alur pengendalian mutu tempe, yang dapat disesuaikan dengan skala produksi:
Tahap | Proses | Pengendalian Mutu |
---|---|---|
Seleksi Kedelai | Pemilihan kedelai yang berkualitas baik, bebas dari hama dan penyakit. | Pemeriksaan visual, uji kadar air. |
Perebusan Kedelai | Perebusan kedelai hingga lunak dan matang. | Pengukuran suhu dan waktu perebusan, pengecekan tekstur kedelai. |
Inokulasi Ragi | Pencampuran kedelai dengan ragi tempe. | Penggunaan ragi tempe yang berkualitas, pencampuran yang merata. |
Pembentukan Tempe | Pembentukan tempe dalam wadah yang bersih dan steril. | Pengecekan kebersihan wadah, kepadatan pengemasan. |
Inkubasi | Proses fermentasi tempe dalam suhu dan kelembaban yang terkontrol. | Pemantauan suhu dan kelembaban, pemeriksaan pertumbuhan jamur. |
Pengemasan dan Penyimpanan | Pengemasan tempe dalam kemasan yang aman dan penyimpanan pada suhu yang tepat. | Penggunaan kemasan yang sesuai, penyimpanan pada suhu rendah. |
Dampak Kesalahan pada Setiap Tahapan Proses Pembuatan
Kesalahan pada setiap tahapan pembuatan tempe dapat berdampak signifikan terhadap kualitas produk akhir. Misalnya, penggunaan kedelai yang berkualitas buruk dapat menghasilkan tempe yang kurang padat dan mudah rusak. Proses perebusan yang tidak sempurna dapat menyebabkan pertumbuhan jamur yang tidak merata atau bahkan kontaminasi bakteri. Inokulasi ragi yang kurang tepat dapat menghasilkan tempe dengan rasa dan aroma yang tidak khas, atau bahkan gagal tumbuh. Kegagalan dalam menjaga kebersihan dan sanitasi selama proses pembuatan dapat menyebabkan kontaminasi mikroorganisme yang berbahaya, sehingga membahayakan kesehatan konsumen.
Simpulan Akhir

Membuat tempe sendiri memberikan kepuasan tersendiri, selain memastikan kualitas dan kebersihannya. Dengan memahami setiap tahapan proses pembuatan, dari pemilihan kedelai hingga penyimpanan, kita dapat menghasilkan tempe berkualitas tinggi di rumah. Semoga panduan ini bermanfaat dan menginspirasi Anda untuk mencoba membuat tempe sendiri, menikmati kelezatannya, dan merasakan manfaatnya bagi kesehatan.


What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow